Wednesday, October 16, 2013

Malam Hari yang Berat

Salatiga, 16 Oktober 2013

Saya menulis ini ditengah tengah kesuwungan saya dan tidak ada tindakan apa apa yang berarti didalam hidup saya. Seakan akan saya merasa hidup saya ini tidak memiliki arti dan makna apa apa. Saya ingin menggapai matahari tetapi sejenak kemudian saya menyadari saya adalah manusia. Semakin larut malam, gudaan untuk membuka situs situs porno dan membaca komik mangga semakin nyata. Pertimbangan akal sehat ini dibandingkan nafsu terus beradu, dan jika hormon terus menerus merembes, maka yang ada hanyalah sesal.


Saya berpikir sebenarnya apakah arti hidup saya ini? Hormon dan tubuh ini egitu menginginkan sex, sedangkan perempuan saja saya miliki belum. Menikah hanya untuk melarikan diri dari pornografi dan onani bukanlah pikiran yang bijak bagiku, Seseorang haruslah bertanggung jawab mengendalikan emosi dan hormon tubuhnya, Ia harus menang, tidak bisa tidak. Jika ia menikah hanya agar tidak berzina, apakah keuntungan yang ia dapatkan? selain rasa malu karena melarikan diri dari hormon tubuhnya.

Apakah yang dimau seorang perempuan saat ia mau untuk diajak berhubungan sex? tanggung jawab. Sialan, aku bertemu dengan  kata tanggung jawab ini lagi, perkataan yang sederhana tetapi memiliki beban beratus ratus kilo aku dibuatnya. Sampai kapankah hal ini berlangsung?

Suatu siksaan adalah saat hormonmu hendak menguasai akal sehatmu dan akal sehatmu melawan, sedangkan kamu terjebak di tengah tengahnya. Seakan akan sang tubuh berteriak, sudahlah ayo kita tuntaskan saja dengan pelacur pinggir jalan, cukup 500 rb dan kamu akan mengetahui apa itu ejakulasi, apa itu vagina, bagaimana rasa klitoris dan cairan ejakulasi wanita, Bagaimana seorang wanita memekik mekik, bagaimana big O itu dan bagaimana mempraktekan semua yang kau baca di kamasutra dan semua situs sex yang kamu akan kunjungi. Dan akal sehat pun berteriak, tidakkah kamu gila, kamu memiliki orang tua adik dan masa depan, berkat dan kutuk Tuhan melintas di lehermu, kamu salah langkah kamu akan menjadi satu daging dengan pelacur. Apa yang kamu inginkan dari menjadi satu daging dengan pelacur? Bukankah dia seonggok daging tanpa rasa cinta? Bukankah jiwa sang pelacur juga menanis sedih saat dia melayanimu? Dan tubuh ini terus menerus menginjeksikan hormon testoteronnya, sedangkan otak ini menghujamkan kata demi kata, prinsip demi prinsip dan nilai demi nilai seperti besi penjara yang melingkariku. Binatang ini meronta, tetapi cengkraman nilai begitu kuat sehigga ia kembali terhentak ketengah, tidak dapat berlari atau mengaduh.

Anjing betul aku berada ditengah tengah kancah peperangan ini.

Anjing betul semua perasaan bersalah yang datang menghampiriku saat aku menuruti dagingku untuk beronani dan membaca situs porno. Anjing betul akal sehatku yang terus berkata "tuh kan aku seudah bilang jangan ikuti kamu ikuti, sekarang lihat, yang ada hanyalah rasa sedih dan bersalah bukan? " dan akupun terdiam, ingin aku bertemu akalku dan memukulnya, serta berkata, sialan kamu , tidakkah kamu tahu betapa susah dan berat pergumulanku melawan tubuhku ini? Kamu hanya dapat mengatakan kebenaran, tetapi kamu tidak memberiku kekuatan saat aku jatuh, yang kamu lakukan adalah menumpahiku dengan muntah muntahan penuduhan serta perkataan, nah kan, bukankah sudah kubilang. Shit, anjing kataku.

Andai hidup ini seperti hewan, tentu aku juga tidak akan menjadi yang nomer satu, bisa saja aku yang terendah karena fisikku ini. Semua hal memiliki keuntungan dan kerugiannya sendiri, dan sebenarnya yang terjadi adalah Tuhan bertahta ditengah tengah umatnya, Hukum hukumNya kekal dan memerintah semua ujung bumi.

Anjing, semua orang melihat aku sebagai orang baik, dan aku sendiri yang melihat diriku sebagai orang munafik. Mengapa mereka seperti itu, Antara otak dan kelaminku mengapa kalian begitu bermusuhan? Si Otak ini mengapa rajin sekali mengiris iris hati nuraniku jika aku menuruti kelaminku? Mengapa banyak sekali ketakutan yang kau berikan padaku saat aku terjatuh mengikuti kelaminku? 

Inginku menjadi Tuhan, tanpa hukum hukumnya, dan membiarkan kelaminku bebas tanpa ada konsekuensi dan tanggung jawab apa apa. Sebentar hinggap disini, sebentar hinggap disana, serta meresap hormon tiada batas; Terlahir kembali menjadi kaisar kuning, terlahir kembali menjadi salomo dengan 300 istri dan 700 gundik. Menjadi besar, dan menghabiskan hidupku setiap malam hanya untuk bertualang dengan kelaminku, tanpa ketakutan akan kehabisan uang, dan tanpa ketakutan akan jatuh miskin. Tetapi apakah mungkin? Tanpa ketakutan akan tua, tanpa ketakutan akan mati, tanpa pertanggung jawaban dihadapan Tuhan dan tanpa sangsi sosial dari masyarakat. Tanpa iblis tanpa berkat dan tanpa kutuk, hanya ada aku dan kelaminku serta ribuan lubang buaya yang menghisap dan menghisap. Tanpa takut tua, dan tanpa takut mati.

No comments:

Post a Comment