Salatiga, 23 Oktober 2013
Saya tidak tahu apakah menikah sebagai jalan keluar dari onani adalah benar atau salah, tetapi menurut hemat saya itu adalah salah.
Saat orang onani ia adiksi hormon pereda stress. Ini sebenarnya juga salah, karena hormon ini dikeluarkan saat lelaki berejakulasi karena saat berejakulasi itu sakit dan setelah itu ada tanggung jawab berumah tangga dengan istri seperti membersihkan rumah, merawat anak dan istri, maka Tuhan mengaruniakan hormon kesenangan agar bisa menanggung kesakitan. Saat onani, yang terjadi adalah seseorang mengkonsumsi hormon kesenangan tetapi tanpa kesakitan setelahnya , dalam artian, ia membiasakan untuk membius dirinya terus menerus.
ini seperti narkoba, tujuan awal dia diciptakan adalah baik, untuk menghilangkan rasa sakit, semisal setelah anestesi, dan sebagainya. tetapi jika orang normal mengkonsumsi narkoba, apa yang terjadi. Dia tidak akan bertahan tanpa narkoba? Mengapa? Karena hari hari normalnya, yang dicari penderita anestesi, adalah seperti di anestesi. Jadi jika sisakit memakai narkoba agar normal, maka si normal ini hari hari normalnya sakit semua karena narkoba.
Demikian juga jika suami istri menggunakan seks untuk alat rekreasi agar tidak stress memikul tanggung jawab rumah tangga, maka orang normal yang onani hari hari normalnya adalah stress, sehingga ia membutuhkan onani untuk meredakan stressnya. Mengerikan bukan.
Jika ada orang yang mengatakan bahwa jalan keluar onani adalah menikah, saya rasa dia salah besar, mengapa?
Karena jika orang onani adalah menyalah gunakan tanggung jawab, dimana ia dipercayakan Tuhan hormon yang harusnya dia pakai saat dia menikah, malahan digunakan saat ia belum menikah, maka saat ia mencari jalan keluar dari onani dengan menikah yang terjadi adalah hal mengerikan; mengapa? Karena saat orang menikah, ia mendapat tanggung jawab mengurus istri dan anaknya, bayangkan seorang penyalah guna tangggung jawab diberi tanggung jawab lagi.
Menurut saya, untuk menikah, seseorang harus dapat melewati gejolak masa pubernya dahulu dan dapat memandang pernikahan adalah proses pengambilan tanggung jawab terlebih dahulu, barulah ia dapat menikah. Jadi seseorang harus melewati masa anak anak dan remajanya terlebih dahulu, menjadi dewasa, siap memikul tangggung jawab, dan kemudian ia menikah.
Sehingga menikah bukanlah tempat melarikan diri, tetapi lahan pekerjaan dan tanggung jawab yang baru.
No comments:
Post a Comment